Bagaimana tidak, peraturan pemerintah melalui kemendikbud, melarang memasukkan kurikulum membaca pada anak-anak usia prasekolah, sementara kurikulum kelas 1 SD, menuntut anak harus bisa membaca. Hal ini, tentu menimbulkan dilema tersendiri, bagi orang tua yang memiliki anak usia prasekolah.
Belajar membaca, selain kompleks karena melibatkan seluruh area sensori, juga membutuhkan waktu yang cukup panjang. Rata-rata, anak membutuhkan waktu 480 kali pertemuan untuk bisa belajar membaca dengan lancar tanpa tekanan. Namun, adanya peraturan pemerintah yang tumpang-tindih itulah yang menyebabkan banyak kita jumpai anak-anak usia SD yang belum melek baca.
Ketidakmampuan anak dalam membaca di usia SD akan menyebabkan dampak yang sangat kompleks, tidak hanya bagi anak, tetapi juga orang tua dan guru. Bagi anak, ketidakmampuan dalam membaca dapat menyebabkan (1) Anak mengalami kesulitan menerima materi di sekolah; (2) Anak tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru; (3) Anak akan tertinggal oleh teman-temannya; (4) Anak mengalami ketidakpercayaan diri; (5) Anak akan menarik diri dari lingkungannya; (6) Anak merasa tertekan dan berpengaruh pada gangguan perilaku; dan (7) Anak enggan bersekolah, dan akibat terfatal adalah anak bisa putus sekolah.
Sementara bagi orang tua, yaitu (1) Beban kerja orang tua semakin berat; (2) Orang tua akan cenderung menyalahkan anak, guru dan sistem pendidikan; (3) Orang tua menjadi frustasi, stress bahkan depresi; dan (4) Terjadi kekerasan fisik/verbal pada anak. Sedangkan bagi guru, hal tersebut dapat berdampak pada (1) Beban mengajar bertambah berat; (2) Guru mengalami tekanan; (3) Guru menjadi frustasi, stres bahkan depresi; serta (4) Terjadinya kekerasan fisik/verbal oleh guru kepada anak didik.
Melihat begitu kompleksnya masalah yang akan ditimbulkan oleh anak yang belum melek baca di usia SD, maka perlu adanya solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Nashihatud Diniyah Jahro, salah satu dosen Universitas Muhammadiyah Palangkaraya, telah menemukan metode baca cepat yang ia namakan dengan Happy Easy. Dikatakan Happy Easy karena metode ini menyajikan pembelajaran membaca dengan cara yang sangat mudah dan menyenangkan.
Happy Easy menyajikan pembelajaran dalam bentuk cerita bergambar, bernyanyi, bermain peran (experiential learning) dan membuat sebuah karya (learning by doing). Happy Easy adalah sebuah terobosan baru belajar baca yag dirancang dengan sistem cepat dan menyenangkan sehingga anak diharapkan bisa membaca dalam waktu yang relatif singkat. Jika metode konvensional, anak dengan kemampuan rata-rata membutuhkan waktu 5x480menit untuk bisa membaca dengan lancar, maka dengan metode Happy Easy anak hanya membutuhkan waktu 5x60 menit untuk bisa membaca dengan lancar.
Dalam rangka memperingati Hari Aksara International, founder Yayasan Anak Indonesia Belajar ini telah mengadakan Training Baca selama tujuh hari yang berlangsung pada 12-18 September 2021. Kegiatan Training ini disambut antusias oleh masyarakat, terutama orang tua yang memiliki anak usia SD namun belum bisa membaca.
Terbukti, hanya dalam waktu dua hari kami menyosialisasikan kegiatan ini, peserta yang daftar sudah mencapai 40 peserta. Karena kegiatan ini kami laksanakan di masa pandemi, maka kami batasi hanya 30 peserta saja yang bisa ikut, dan H-2 kami sudah menutup pendaftaran, untuk mengantisipasi membeludaknya peserta. “Selain membatasi jumlah peserta, kami juga menerapkan protokol kesehatan kepada para pendidik dan peserta didik yaitu dengan memakai masker, handsanitazer dan mengecek suhu badan saat berlangsungnya kegiatan Training," ujar Nia, salah satu Trainer Happy Easy.
Training ini diikut oleh beberapa Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah di kelurahan Meruyung Kota Depok, di antaranya SD Muhammadiyah 04 Depok, MI Hayatul Islamiyah, SD Negeri Meruyung, dan SDIT Said Yusuf.
"Di tahun 2021 ini, kami sudah tiga kali menyelenggarakan Training Baca secara gratis, mudah - mudahan, target kita dapat memberantas 1 juta anak Indonesia dari buta aksara di tahun ini bisa terwujud" ucap Nashihah ber api-api.
Puncak acara pelatihan membaca ini adalah pentas baca. Di acara pentas baca, setiap peserta tampil membacakan cerita atau lembaran-lembaran kalimat yang diberikan orang tua peserta kepada peserta training. Pentas Baca ini dilaksanakan sebagai bukti keberhasilan dari kegiatan Training yang sudah kami laksanakan selama 7 hari ini.
Kegiatan Training ini, tentu mendapatkan apresiasi positif dari orang tua, karena melihat perkembangan yang cukup signifikan putra dan putrinya dari sebelum mengikuti training dan setelah mengikuti training. Hal ini disampaikan Widodo, salah satu orang tua peserta training. "Setelah mengikuti training selama 7 hari ini, anak saya menjadi lancar membacanya, sebelum mengikuti training, anak saya hanya bisa membaca dua suku kata, tetapi setelah mengikuti training ini, anak saya bisa membaca cerita, mudah-mudahan akan ada batch-batch selanjutnya, sehingga banyak anak indonesia yang terbantu untuk bisa membaca," ujar Widodo.
Salah satu peserta training, Uwais, mengatakan bahwa tidak hanya orang tua, anak-anak juga sangat senang dan antusias, selama mengikuti training. "Aku senang mengikuti Training ini, karena belajar membacanya sambil bernyanyi, membacanya tidak banyak, dan ada gambar - gambarnya jadi aku tidak bosan,” ujar Uwais.
0 Komentar