GHIRAHBELAJAR.COM, Oleh: Reszky Fajarmahendra, M.Pd, Gr*
"Mereka yang salah memanfaatkan waktu adalah yang paling banyak mengeluh mengenai keterbatasan waktu" - La Bruyére
Mahasiswa di Era Pandemi ini sebagian besar mendapatkan pengajaran pendidikan yang kurang berkualitas. Hal tersebut bisa dari internal mahasiswa seperti akses internet yang kurang baik, alat teknologi yang jadul, dan juga faktor kemalasan mahasiswa sendiri. Secara eksternal misalnya ketidakpiawaiannya dosen dalam menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh dengan sistem daring, dan juga learning management system yang belum dioptimalkan oleh Universitas sebagai akses belajar bagi mahasiswa.
Selama kurang lebih dua tahun lamanya mahasiswa sebagai kaum elit yang mengenyam pendidikan tinggi, namun saya rasa mereka tidak mendapatkan apa-apa selain tugas yang menumpuk dan bill pembayaran semesteran yang muncul pada saat masuk pada situs akademik. Jika menyesuaikan durasi perkuliahan normal, mahasiswa dapat menyelesaikan pendidikannya selama 4 tahun dengan mengikuti sebanyak delapan semester perkuliahan. Jika saya asumsikan dua tahun yang lalu adalah masa adaptasi selama pandemi, kalian mempunyai waktu sebanyak dua tahun lagi untuk merasakan pembelajaran yang optimal di bangku perkuliahan.
Ibu dan Ayah kalian pasti berharap besar, dengan menguliahkan kalian berharap kelak kalian bisa menjadi "orang". Beberapa mahasiswa yang membaca tulisan ini juga pasti melihat atau merasakan bagaimana orang tua kalian dalam menguliahkan melakukan pekerjaan yang bisa dibilang kaki jadi kepala, kepala jadi kaki tetep dilakoni agar anaknya mendapatkan masa depan yang lebih baik. Pertanyaannya, sanggupkah kalian memenuhi ekspetasi dari orang tua kalian? Sudah taukah jalan kalian selesai dari bangku perkuliahan? apakah kelak kalian akan jadi pengangguran yang terdidik?
Formula yang saya tawarkan adalah Pareto Laws (Hukum Pareto/Prinsip Pareto) yang ditulis dalam buku Living The Way 80/20 karya Richard Koch. Koch menceritakan bahwa untuk menggapai 80% hasil, usaha yang kita butuhkan adalah 20%. Singkatnya adalah kita tidak perlu melakukan hal-hal yang berlebihan untuk menggapai kesuksesan kita. Loh kok gitu kak, bukannya kalo sukses itu harus kerja keras? mari membaca penjelasannya pada paragraf selanjutnya.
Pareto Laws menginginkan, manusia sebagai seorang individu harus fokus terhadap apa yang diraihnya, tidak perlu terdistraksi dengan hal-hal yang remeh, yang kadang meliputi kehidupan kita. Sebagai contoh, saat kita menyukai seseorang,mana yang akan kalian lakukan; 1) membuat pujaan hati memperhatikan anda; 2) mengambil hati orang tuanya; 3) berangan-angan saja tanpa melakukan apapun, 4) tersenyum dan mengajaknya untuk berkencan.
Pada ilustrasi di atas nomor 1, dan 2 menggambarkan energi yang dilakukan lebih banyak dibanding dengan nomer 3, dan 4, namun manakah yang sekiranya langsung dapat menggambarkan hasil? Tentu nomer 4. Inti dari Parreto Laws adalah usaha 20% mendapatkan hasil 80% jika kita mengetahui hasil apa yang ingin kita dapatkan, kita bisa mencari cara super produktif untuk menggapainya dan mengabaikan cara-cara remeh yang memakan waktu dalam mengetahui hasilnya.
Siapkan Bekal, Targetkan Pelabuhan, dan Cari Rute Sebelum Melakukan Pelayaran
"Keraguan kita adalah penghianat.
Dan membuat kita kehilangan sesuatu yang baik yang mungkin kita dapatkan.
Karena takut mencoba." - Shakespeare (Measure for Measure)
Koch dalam bukunya membuat beberapa langkah dalam peningkatan diri menggunakan prinsip 80/20. Langkah pertamanya adalah dimana anda ingin berada? pertanyaan ini adalah hal yang paling fundamental dalam melaksanakan prinsip 80/20, kalian perlu untuk mengetahui ingin berlabuh dimana ketika kalian menyelesaikan perkuliahan. Selanjutnya apakah dengan tempat yang kalian pilih dapat membuat kalian bahagia.
Tempat di mana yang kalian pilih adalah tempat dimana kalian mempunyai kompetensi. Sebelum kalian menargetkan pelabuhan kalian, kalian harus mengetahui siapakah saya?, saya punya kemampuan apa? dan apakah saya akan bahagia jika memilih pelabuhan ini?
Langkah kedua adalah temukan rute 80/20 nya. Selalu banyak jalan dalam menempuh tujuan, namun pilihlah jalan yang kamu anggap paling efisien dan efektif dalam mewujudkannya. Beberapa orang menempuh tujuannya dengan menggunakan sumber daya yang terlalu besar. Saatnya kalian mencari jalan pintas untuk menuju tujuan tersebut sesuai dengan prinsip 80/20 yaitu yang lebih baik dan lebih mudah.
Sebagai ilustrasi pernahkah kalian mendengar cerita Archimedes menemukan sebuah teori ketika ia berendam di dalam bak mandinya hanya dikarenakan melubernya air ketika ia mandi. Seketika itu ia berteriak Eureka - yang berarti saya menemukannya dalam bahasa Yunani sambil bertelanjang. Ilmuan sebelum Archimedes mungkin melalui jalan panjang nan sukar, melalui pembuktian rumus-rumus di papan tulis dan riset yang panjang. Archimedes menemukan rute terbaik untuk menemukannya yaitu dengan berendam.
Langkah ketiga lakukan 80/20. Melakukan 80/20 pada prinsipnya adalah apa yang kamu lakukan sebanyak 20% akan mempengaruhi hasil sebanyak 80%. Langkah yang diambil harus dipilih yang paling mengeluarkan sedikit usaha namun efektif dalam hasil yang didapat dari kemungkinan-kemungkinan langkah kerja yang telah kita list.
Sebagai ilustrasi Will Smith dalam Film MIB (Men in Black) ada sebuah scene tes yang dilakukan untuk menjadi seorang agen MIB, dia ditempatkan dalam sebuah tempat duduk berbentuk kapsul. Dia dan beberapa calon anggota yang mengikuti tes sangat kesulitan untuk mengisi soal karena tidak ada alas kertas soal dan jawaban saat mengerjakan tes tersebut. Akhirnya Will Smith yang merasa kesulitan menarik meja yang berada di tengah peserta tes, dengan begitu hanya ia yang dapat dengan mudah mengisi jawaban pada tes yang diberikan. Will Smith secara tidak langsung menerapkan langkah ketiga, yaitu lakukan 80/20.
Tentu tidak mudah untuk melakukannya namun inilah realitas untuk menghidupi kehidupan. Mahasiswa masa pandemi jangan jadi pengangguran terdidik!
*Penulis merupakan alumnus PGSD FKIP Uhamka. Ia merupakan penulis buku Learning Loss dan Solusi Alternatif Pemecahannya (Irfani, 2021).
0 Komentar