GHIRAHBELAJAR.COM – Lato-lato merupakan mainan anak yang sedang tren di mana-mana. Saat ini, hampir sepanjang jalan dapat kita saksikan para penjual mainan dengan dua bandul berwarna mencolok ini berjajar menjajakan dagangannya. Tak kalah juga keseruan bermacam kompetisi yang dibantu viral oleh media sosial. Kini, bahkan bukan hanya anak-anak, orang dewasa pun banyak yang bermain lato-lato. Ada sejumlah fakta sosiologis menarik mengenai mainan ini. Salah satunya diungkapkan oleh Ketua Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran (Unpad) Dr. Hery Wibowo, S.Psi., M.M.,
Dr. Hery mengungkapkan fakta sosiologis dari permainan lato-lato. Permainan tradisional yang ada sejak 1990-an ini kembali populer dimainkan oleh anak-anak di Indonesia saat ini. Menurut Hery, secara umum, permainan lato-lato menjadi momentum terbaik bagi orang tua untuk “sedikit” melepaskan anak dari ketergantungan bermain telepon seluler.
Dengan demikian, anak menjadi sedikit terhindar dari potensi negatif yang bisa dialami ketika terlalu banyak bermain gawai. “Ini juga momentum terbaik untuk membangun ‘growth mindset’ dengan penekanan bahwa proses itu pending, tidak ada sukses instan, dan berlatih akan membawa hasil,” kata Hery.
Delapan Fakta Sosiologis
Hery menjelaskan, ada delapan fakta sosiologis terkait permainan lato-lato. Pertama, lato-lato mampu membangun interaksi sosial. Berbeda dengan permainan berbasis perangkat seperti HP, tablet, atau perangkat lainnya, lato-lato lebih menyenangkan untuk dimainkan bersama-sama.
“Artinya, inilah ajang membangun interaksi sosial dari generasi Z yang sering disebut generasi ‘alien’ karena suka menyendiri dan generasi rebahan. Tanpa terasa kohesi sosial antar anak-anak mulai terbangun,” kata Hery.
Fakta kedua, lato-lato mampu membangun identitas sosial dan konsep diri yang positif. Secara tidak langsung, anak yang memainkan lato-lato akan berusaha menunjukkan kemahirannya di depan sebayanya. Hery memaparkan, ini bisa menjadi lahan positif bagi anak untuk membangun konsep diri positifnya, karena mereka memiliki “wahana” untuk menunjukkan kebisaannya yang belum tentu dimiliki anak-anak lain di lingkungan sosial permainannya.
Fakta ketiga, menjadi magnet fear of missing out atau FOMO. Hery menjelaskan, FOMO menjadi salah satu karakteristik kuat dari generasi Z berdasarkan analisis para ahli. Generasi Z yang lahir dari tahun 1995-2012 ini selalu takut dikatakan “ketinggalan zaman”, sehingga mereka berlomba mengejar apapun yang sedang viral.
Fakta keempat, dia melanjutkan, lato-lato mampu mewadahi karakter generasi Z sebagai generasi do it yourself. Permainan ini dengan segala kesederhanaannya mampu mendorong pemainnya melakukan ragam inovasi saat memainkan dan menikmatinya. Melalui ini, kapasitas kreativitas anak dapat terus berkembang dengan cara menyenangkan. Fakta kelima, alternatif membangun hubungan sosial yang menyenangkan bagi orang tua dan anak.
“Momentum memainkan lato-lato dapat menjadi waktu berkualitas bagi anak dan orang tua, sekaligus wahanan pemahaman nilai-nilai positif dan sarana orang tua mengapresiasi kelebihan sang anak, sehingga anak makin merasa berharga. Ini penting bagi tumbuh kembangnya kelak,” kata dia.
Fakta keenam, potensi panjat sosial (pansos). Di era media sosial, popularitas di dunia sosial seakan menjadi level atau status sosial alternatif di luar dunia nyata. Kemahiran memainkan lato-lato dapat menjadi wahana pansos bagi pemainnya.
Fakta ketujuh, aktivitas bermain lato-lato dapat menjadi stress healing bagi sang anak untuk rehat sejenak dan mengisi energi untuk kembali siap melakukan aktivitas akademik sekolah yang kerap kali memiliki jadwal yang padat.
Fakta terakhir, lato-lato mampu memberikan pengaruh ekonomi positif bagi penjual dan produsennya. Dengan harga yang relatif terjangkau, permainan ini dapat dengan mudah dimiliki oleh semua orang.
Dampak Lato-Lato
Kendati memiliki berbagai fakta sosiologis, di sisi lain, permainan ini memiliki berbagai dampak yang bisa timbul. Hery mengungkapkan, fakta tersebut akan menjadi negatif bila anak-anak ataupun orang tua tidak bisa mendukung dan mengaturnya. Beberapa dampak tersebut di antaranya mengurangi waktu belajar atau mengerjakan tugas karena ketagihan bermain, potensi melahirkan rasa rendah diri jika tidak berhasil memainkannya, hingga tidak pekanya orang tua terhadap keberhasilan anaknya dalam bermain lato-lato.
Selain itu, menurut dia, anak juga perlu waspada saat bermain permainan ini. Ayunan bola yang kuat dan tidak terkontrol dengan baik berpotensi membentur ke bagian tubuh pemainnya, seperti mata, hidung, ataupun kepala. Sehingga, diperlukan fokus dan konsentrasi penuh dalam memainkan, agar tidak membahayakan pemain maupun teman-teman disekitarnya.
0 Komentar