GHIRAHBELAJAR.COM, Oleh: Ahmad Soleh
Jalanan padat sesak mengawali 2023. Kemacetan sudah terjadi di mana-mana. Bukan hal aneh memang. Sebab, sebelum pandemi dan budaya work from home menjamur, kemacetan sudah menjadi bagian dari kehidupan warga Ibu Kota juga warga kota penyangganya. Kami sudah teruji lahir dan batin untuk menghadapi peristiwa busuk semacam itu.
Tahun 2023 katanya akan menjadi tahun yang berat, bahkan “gelap”. Ya, 2023 diprediksi banyak orang (pengamat dan ekonom) akan terjadi resesi ekonomi. Kelesuan di bidang ekonomi. Inflasi, harga bahan pokok naik tinggi, PHK di mana-mana, kesulitan ekonomi melilit mulai dari masyarakat menengah ke bawah sampai pengusaha yang punya modal bejibun, utang negara yang makin tinggi, dan implikasi-implikasi lainnya. Nah, untuk soal ini, tentu kita ketar-ketir membayangkannya.
Tetapi, seperti lakon pewayangan, kita tak bisa berkutik menghadapi dramaturgi kehidupan ini. Apalagi, kita tak tahu siapa dalang yang mengatur ini semua. Ingin menjadi penonton atas berbagai laku manusia pun rasanya sulit. Kita seperti terjebak di kereta dengan zombie. Memilih mati atau hidup tapi jadi zombie.
Baca Juga: Bagaimana Bila Tanpa Buku
Ketakutan-ketakutan secara psikologis memang hal wajar belaka. Apalagi bila hal itu berkaitan erat dengan kebutuhan hidup sehari-hari. Yang tentu saja, setiap orang tak mau hari esoknya lebih sulit dari hari ini. Hal inilah yang menuntut kita untuk terus bergerak. Seperti ikan dalam akuarium, bila ingin tetap segar maka harus terus bergerak ke sana-kemari.
Medan juang yang kian suram ini tak bisa kita hadapi dengan muram. Kepal tangan dan kepul cangkir kopi tampaknya mesti tetap mewarnai hari-hari kita. Sepercik energi positif yang mengalir membawa kita lebih siap menghadapi apa pun kesulitannya. Hadapi dengan kesiapan diri.
Tahun yang sulit mungkin memang akan terjadi dan tak bisa kita hindari. Tetapi, bukankah dengan kesulitan itu kita diuji agar lebih kuat lagi?
0 Komentar