GHIRAHBELAJAR.COM, DEPOK – Pengabdian masyarakat merupakan salah satu catur dharma perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM) yang harus dilaksanakan oleh dosen. Pengabdian masyarakat dalam hal ini adalah penguatan karakter dengan pendekatan tafsir maudhu’i melalui keluarga bagi guru TK ABA Sukmajaya, Kota Depok, Jawa Barat, Sabtu (21/12).
Dra. Siti Wastiyah selaku ketua Pimpinan Ranting Aisiyah Mekarjaya mengatakan bahwa pihaknya senang menerima tim pengabdian Uhamka. “Seneng sekali rasanya dapat tamu dari Uhamka untuk memberikan pengetahuan dan juga pelatihan bagi para guru pastinya agar guru mempunyai penguatan karakter melalui dengan pendekatan tafsir maudhu’i,” kata dia.
Tim Pengmas Uhamka menghadirkan beberapa pemateri berkompeten, antara lain Fitri Liza, M.A. sebagai pemateri utama dalam pelatihan ini. Selain itu, hadir pula para dosen tetap dan mahasiswa Uhamka yang berpartisipasi dalam pengabdian ini.
Penguatan Karakter Nasionalisme
Pelatihan yang diadakan pada Rabu, 21 Desember 2022, ini setidaknya memberikan beberapa solusi dari permasalahan yang dialami oleh guru-guru, khususnya guru TK ABA. Ada Beberapa aspek yang perlu ditingkatkan khususnya dalam pendekatan tafsir maudhu’i. Firti Liza, M.A menjelaskan, dalam bahasa Arab kata-kata maudhu’i merupakan sebuah kata yang asal mulanya memilki arti meletakkan, atau menjadikan, juga bisa diartikan membuat atau mendustakan.
“Dari sinilah dapat diartikan bahwa yang dibicarakan atau judul atau topik atau sektor. Sehingga pengertian dari tafsir maudhu’i berarti penjelasan ayat-ayat Alquran yang mengenai satu judul/topik/sektor pembicaraan tertentu,” ungkapnya kepada GhirahBelajar, Selasa (3/1).
Dalam penjelasannya, Fitri menerangkan bahwa pendekatan tafsir maudhu’i sebagai penguatan karakter melalui keluarga maksudnya, karena keluarga adalah lingkungan pertama dalam pendidikan nasionalisme, sehingga guru-guru dapat pengenalan struktur negara Indonesia secara sederhana.
“Selain itu, kalau di sekolah dapat pengenalan lagu-lagu nasional dan daerah serta guru pengenalan lambang-lambang kenegaraan Indonesia, selain itu juga dapat pengenalan pahlawan nasional juga pengenalan baju adat daerah di Indonesia. Dan di sekolah ataupun di keluarga juga dapat mengenalkan anak-anaknya untuk berwisata ke museum bersejarah Indonesia” ujar Fitri Liza.
Sementara itu, Siti Umi Kulsum, salah satu guru TK dan peserta dalam pelatihan ini, mengatakan bahwa dirinya senang sekali mengikuti pelatihan ini. “Seneng sekali rasanya ikut pelatihan ini, selain saya bisa mengajarkan ke anak-anak tentang nasionalisme, saya juga bisa belajar tentang nasionalisme dan memahami arti nasionalisme apalagi dengan pendekatan tafsir maudhu’i , karena saya belum tahu sebelumnya, selain itu saya juga mengerti bagimana caranya agar anak-anak memiliki jiwa nasionalisme khsusunya pada anak TK,” ucapnya, Selasa (3/1).
0 Komentar