Oase: Laju Kereta Chomsky


GHIRAHBELAJAR.COM - Oleh Ahmad Soleh


Hari ini, laju kereta menemani sebagian hari saya. Kereta komuter jurusan Bogor-Kota membawa saya dari Stasiun Depok Baru ke Stasiun Matraman. Tentu, untuk sampai ke Stasiun Matraman, kita mesti transit di Manggarai dan lanjut naik kereta arah Jatinegara atau Bekasi.

Seperti biasanya, perjalanan naik kereta komuter tidak lengkap bila tidak dimanfaatkan untuk membaca buku. Meskipun barang selembar-dua lembar. Kali ini, saya ditemani tiga risalah Noam Chomsky yang dihimpun Penerbit Circa dalam buku kecil bertajuk Menafsirkan Dunia.

Chomsky merupakan intelektual yang masyhur dengan karya-karyanya di bidang linguistik (kebahasaan). Selain itu, ia juga dikenal karena punya pandangan yang sangat kritis terhadap isu-isu politik. Ia mendapat gelar PhD di bidang linguistik dari Universitas Pennsylvania.

Chomsky dikenal pula sebagai sosok yang inovatif dan terkadang teorinya kontroversial. Karyanya banyak dikaji dan dikutip, bahkan diterjemahkan di berbagai negara. Sumbangsih intelektual yang luar biasa.

Pria yang lahir di Piladelphia pada 7 Desember 1928 ini juga diganjar penghargaan akademik karena karyanya yang tersebar di seluruh dunia. Tak tanggung, 66 universitas di dunia memberinya penghargaan itu. Sementara tulisannya dalam isu politik membuatnya diganjar gelar most-quoted living author, bahkan majalah Times menyebut ia sebagai salah satu pembentuk abad kedua puluh.

Profil Chomsky yang memukau itu lahir karena karyanya. Ya, karya dapat memberikan privilese tersendiri bagi pemiliknya. Setidaknya hal itu terjadi karena karyanya memang memiliki kualitas, bobot, dan pengaruh yang tidak biasa. Dan Chomsky memang layak untuk mendapatkannya.

Ketiga risalah Chomsky dalam buku Menafsirkan Dunia ini sangat penting dibaca tidak hanya sebagai wacana, tetapi juga sebagai refleksi kita menghadapi kondisi dunia yang ternya tak pernah baik-baik saja ini. Ketiga risalah itu, antara lain: (1) Bahasa dan Kebebasan, (2) Psikologi dan Ideologi, dan (3) Persamaan: Bahasa, Kecerdasan Manusia, dan Organisasi Sosial.

Dalam pandangan Chomsky, esensi kodrat manusia ialah kebebasan dan kesadaran akan kebebasan itu. Ya, Chomsky membedah gagasan Rosseau dan Kant untuk menggali makna kebebasan dalam konteks ini. Salah satu yang saya tangkap ialah bagaimana kebebasan itu benar-benar dikatakan ada selama seseorang menikmatinya.

Apakah kebebasan kemudian berarti kenikmatan? Atau kalimat "selama seseorang menikmatinya" yang ia ungkapkan lebih bermakna tulus, ikhlas, dan sukarela? Entahlah. Saya belum bisa menyimpulkannya.

Depok, 18 Maret 2023

Posting Komentar

0 Komentar