GHIRAHBELAJAR.COM - Oleh: Ahmad Soleh
Informasi yang tepat, cepat, dan akurat merupakan prasyarat baku dalam dunia jurnalistik. Sebab itulah media massa menggunakan mekanisme jurnalistik secara ketat. Tak lain dan tak bukan adalah agar informasi yang disampaikan kepada publik benar-benar informasi yang jujur, benar, dan apa adanya.
Dunia jurnalistik, seiring perkembangan zaman kian mengalami banyak perubahan. Media massa sebagai produk jurnalistik, pun memiliki ragam bentuk sesuai kebutuhan pembaca dan tuntutan zaman. Mulai dari media cetak seperti koran, majalah, tabloid, dan buku; media elektronik seperti radio dan televisi; media daring seperti koran daring, majalah daring, buku digital, dan sebagainya; sampai media berbasis jaringan internet seperti siniar (podcast) dan lansiran (streaming) via YouTube, Instagram, dan Facebook.
Dari kesemua bentuk dan produk media jurnalistik, yang saat ini akrab dengan kita adalah media-media digital seperti buku digital, koran daring, siniar, dan lansiran. Meskipun, produk seperti koran cetak dan televisi juga tak sepenuhnya ditinggalkan. Sebab itulah di masa-masa seperti sekarang ini begitu banyak informasi berseliweran dengan mudah, terutama yang masuk dan menyebar lewat ponsel kita.
Bias Informasi
Di era informasi digital yang disebut Alvin Toffler sebagai gelombang peradaban ketiga ini makin banyak pula bias informasi. Bias informasi bisa dikatakan juga sebagai informasi yang tidak atau sulit dikonfirmasi kebenarannya, informasi yang seakan-akan benar, informasi yang terlalu banyak dan simpang siur, dan sebagainya yang membuat kita pada akhirnya malas dan memilih memercayai informasi mana yang lebih sesuai dengan keinginan, keyakinan, kepentingan, dan apa yang disukai.Tak pelak media massa yang kian banyak bentuknya itu pun menyuguhkan bias informasi. Padahal, Saidulkarnain Ishak (2014: 293) menyebut media massa punya peran penting dalam kehidupan masyarakat, seperti (1) memberikan informasi dan pendidikan massal, (2) memberikan hiburan, dan (3) melakukan pengawasan sosial.
Bila yang disuguhkan adalah informasi yang bias dan aneka kesimpangsiuran tanpa proses verifikasi dan pendalaman informasi, sejatinya peran media massa telah melenceng. Melenceng, karena hanya menyajikan informasi yang dangkal, minim referensi, dan kacau. Dan bila hal semacam itu terjadi, tak ada cara lain selain mencerdaskan masyarkat agar terus melakukan pelacakan dan komparasi informasi dengan membaca tidak hanya satu media massa.
Media massa, pers, dan jurnalistik juga merupakan salah satu pilar dalam demokrasi, yang bertugas membela kebenaran dan keadilan lewat informasi. Sebab itulah, Ishak dalam Jurnalisme Modern (2014: 303), mengatakan bahwa jurnalistik mesti berdampingan dengan filsafat. Peran jurnalis, kata dia, dalam mengembangkan ilmu pengetahuan demikian besar bila dilihat dari hasil kerjanya, terutama berkaitan dengan peningkatan kualitas hidup masyarakat di era globalisasi ini.
Pengertian Citizen Journalism
Kehadiran citizen journalism membuat dunia pers kian berwarna. Citizen journalism disebut juga dengan istilah participatory jurnalism atau grassroot jurnalism (Imam: 2012). Gillmor, dikutip Imam, menyebutnya dengan konsep jurnalisme dari warga untuk warga. Citizen journalism merupakan ekosistem media massa baru di luar media mainstream.Kemunculan citizen journalism merupakan sebuah antitesis atas alpanya media massa mainstream dalam pemberitaan berimbang dan independen. Bisa dikatakan, munculnya konsep ini merupakan kritik balik kepada praktik jurnalistik pragmatis yang dilakukan media-media mainstream yang only profit oriented. Harapannya, dengan citizen journalism bisa memberikan informasi yang independen, tidak memihak dan tidak diatur oleh pihak lain.
Namun, pada praktiknya, justru sebaliknya. Sekarang banyak praktik citizen journalism yang justru terjebak dalam bias informasi. Alih-alih memberikan informasi berimbang dan mencerahkan, justru malah menyesatkan. Ada beberapa persoalan dengan citizen journalism ini: (1) Seorang citizen journalist belum memiliki kapasitas yang mumpuni dalam menghimpun, mengolah, dan menyajikan informasi; (2) Penyajian informasi tak memenuhi kaidah jurnalistik; (3) Kerap bercampur antara fakta objektif dengan pandangan subjektif.
Kendati begitu, media mainstream kerap memberikan wadah khusus untuk citizen journalism memublikasikan hasil liputannya. Jadi, sebenarnya keduannya saling melengkapi dan menghidupkan. Ditambah lagi di era digital ini juga makin banyak pegiat citizen journalism. Merekalah para digital citizen journalist yang menggunakan media-media digital, seperti media daring dan media sosial untuk mendistribusikan informasi.
Digital Citizen Journalist
Keberadaan digital citizen journalism merupakan suatu keniscayaan bahkan keharusan di era informasi digital ini. Dengan begitu, praktik jurnalistik selain makin kaya, juga kian adaptif, inovatif, kreatif, dan eksploratif dalam mengolah dan menyajikan pemberitaan dan informasi. Keberadaan para penggiat digital citizen journalism bisa menjadi ujung tombak dalam mencerdaskan masyarakat lewat informasi. Tentu saja, para penggiat digital citizen journalism mesti membungkus informasi menjadi menarik dan kreatif menjadi konten-konten bermutu.Sahrul Mauludi (2018: 180) mengatakan, aktif membuat konten-konten positif yang bermanfaat bagi banyak orang sehingga makin memperkaya khazanah informasi, inspirasi, dan beragam pengetahuan. Selain itu, konten atau info yang dibungkus dengan kreatif dan menarik juga bisa memantik atensi masyarakat. Redaktur Koran Sindo Hanna F Fauzie mengatakan, creative writing akan sangat disukai bila tulisan tersebut bisa memberi informasi, mengedukai, serta menghibur (Sahrul: 2018).
Dengan demikian, para penggiat digital citizen journalism mesti dikuatkan dengan wawasan intelektual, keterampilan jurnalistik, dan literasi digital. Karena komposisi antara ketiganya itulah yang membuat gelombang informasi jadi lebih bermutu, lugas, menarik, dan tentu saja tidak bias. []
Daftar Referensi
Ishak, Saidulkarnain. 2014. Jurnalisme Modern: Panduan Praktis. Elex Media Komputindo: Jakarta.Kusumaningati, Imam FR. 2012. Jadi Jurnalis Itu Gampang. Elex Media Komputindo: Jakarta.
Mauludi, Sahrul. 2018. Socrates Café: Bijak, Kritis, & Ispiratif Seputar Dunia & Masyarakat Digital. Elex Media Komputindo: Jakarta.
0 Komentar