GHIRAHBELAJAR.COM – Oleh: Muhammad Lutfi
PAMAN
Di mana wajah perempuanSemak belukar mengajar
Untuk lupa padamu
Paman
Paman
Senja kabur sendiri
Batuk tersebut bikin keji
Makin pilu tanpa angkasa
Dan wangi daun Kamboja
Paman
Suara untuk anak lelaki
Suram jauh dari mataku
Mengenal kita yel-yel pemberantasan
Tangisan desa yang mampet
Paman
Paman
Baumu makin cinta
Ciut sudah nyaliku
Memanggil kamu Paman
2023
SEUTAS MATA
pedih datang susuli matakuLenyap jalan panjang tadi bertaut
Berpagut dia tepi jalanan
Kerudung sederhana senja coklat
Amboi
Manisnya bikin hati terkecup
Memuncak sesal di jiwa sepi berpaling
Amboi
Nyata sudah punyai lelaki dia
Hatinya ejek aku bagai
Aku mainan anak dan bola
Dia tendangkan suruh pertanyaan
Pertama mengapit sesal
Amboi salah sangka aku
Sudah berpunya dia
Hatinya terkunci di mata lelaki
Di sana jauh sebelum aku
Dan tak pernah aku
2023 Maret, tepat mata berpaut pada kerudung coklat berpikat.
KARMA
oh Maha Kuasa Atas segala tangan-Mu
Bertahta pula ketidakberdayaanku
Berakhir pula mautku di tangan-Mu
Tiada terkira nasib hamba seorang
Kau buang mau segala mau-Mu
Telah durhaka hamba bagai musyrik
Kehilangan kau seluruh penuh
Kau kencana tanpa suara
Gemuruh derita penuh duka
Bersusah hamba terbuang sia upaya
Maut bernyanyi dalam hidup
Berakhir sorga duniawi damba jiwa
Remuk renungan rosak akhir malam
Bergelantung jiwaku menggenang
Susah upaya dayaku jatuh
Tertimpa musibah tak sadar akan sadar
Sedari Kau Maha Tahta
Campak daku buang muka Kau
Maha Kuasa
Malam Seperbuangan 2023 Maret
Di Rumah Saodara Bangkit
*Muhammad Lutfi, alumni sastra Indonesia UNS. Buku: Elegi, Lorong, Taka.
0 Komentar